Indonesiaherald.com, Jakarta - Intoleransi dan radikalisme di Indonesia dinilai kian masif kemunculannya. Menurut salah satu peserta diskusi penguatan toleransi dan merespon ekstremisme di Indonesia, Abdi Kurnia, hal itu terjadi karena reproduksi wacana intoleransi dan radikalisme di Indonesia berjalan secara sistematis dan masif. Staf pengajar Agama Islam di Universitas Indonesia itu mengatakan, kaderisasi di tubuh kelompok intoleran dan radikal telah berlangsung sejak tahun 1990-an dan dilakukan secara sistematis. "Jadi wajar kalau wacana intoleransi dan radikalisme terus muncul dan saat ini rasanya kian masif kemunculannya di publik," ujar Abdi dalam diskusi penguatan toleransi dan merespon ekstrrmisme yang digelar di Rancamaya, Bogor, Selasa (2/8/2016). Abdi mengatakan, kaderisasi di tubuh kelompok intoleran itu dimulai sejak SMA hingga masa kuliah. Dia menuturkan, biasanya kaderisasi tersebut berbentuk kajian keagamaan yang diselenggarakan di masing-masing SMA dan kampus. Menanggapi hal itu, Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid mengatakan, perlu pula dibuat upaya tandingan yang tak kalah sistematis untuk mereproduksi wacana toleransi di publik. Karena itu, putri sulung presiden keempat RI Abdurrahman Wahid itu menyatakan kegiatan sejenis diskusi penguatan toleransi dan merespon ekstremisme ini perlu diadakan secara berkala dan hasilnya pun perlu disistematiskan dalam bentuk gerakan. "Kalau yang intoleran sistematis maka yang toleran jangan kalah sistematisnya dan memang ini harus konsisten dijalankan agar terus terjadi regenerasi dan reproduksi wacana toleransi di Indonesia juga semakin masif," ujar Yenny dalam kesempatan yang sama. (Kompas.com).
$type=grid$meta=0$readmore=0$snippet=0$count=3$show=home
Indonesiaherald.com, Bogor - Intoleransi dan radikalisme di Indonesia dinilai kian masif kemunculannya.
Menurut salah satu peserta diskusi penguatan toleransi dan merespon ekstremisme di Indonesia, Abdi Kurnia, hal itu terjadi karena reproduksi wacana intoleransi dan radikalisme di Indonesia berjalan secara sistematis dan masif.
Staf pengajar Agama Islam di Universitas Indonesia itu mengatakan, kaderisasi di tubuh kelompok intoleran dan radikal telah berlangsung sejak tahun 1990-an dan dilakukan secara sistematis.
"Jadi wajar kalau wacana intoleransi dan radikalisme terus muncul dan saat ini rasanya kian masif kemunculannya di publik," ujar Abdi dalam diskusi penguatan toleransi dan merespon ekstrrmisme yang digelar di Rancamaya, Bogor, Selasa (2/8/2016).
Abdi mengatakan, kaderisasi di tubuh kelompok intoleran itu dimulai sejak SMA hingga masa kuliah. Dia menuturkan, biasanya kaderisasi tersebut berbentuk kajian keagamaan yang diselenggarakan di masing-masing SMA dan kampus.
Menanggapi hal itu, Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid mengatakan, perlu pula dibuat upaya tandingan yang tak kalah sistematis untuk mereproduksi wacana toleransi di publik.
Karena itu, putri sulung presiden keempat RI Abdurrahman Wahid itu menyatakan kegiatan sejenis diskusi penguatan toleransi dan merespon ekstremisme ini perlu diadakan secara berkala dan hasilnya pun perlu disistematiskan dalam bentuk gerakan.
"Kalau yang intoleran sistematis maka yang toleran jangan kalah sistematisnya dan memang ini harus konsisten dijalankan agar terus terjadi regenerasi dan reproduksi wacana toleransi di Indonesia juga semakin masif," ujar Yenny dalam kesempatan yang sama. (Kompas.com).
Category 6
/fa-signal/ TOP 7 In The WEEK$type=one$snipped=hide$show=home$readmore=0$snippet=0$author=0$comment
-
Soetantyo Moechlas. Photo Tribun IndonesiaHerald.com - Mukidi. Nama ini di mana-mana disebut. Cerita-cerita Humor segar mengisi group-gr...
-
Potret Sultan Syarif Kasim II di Istana Siak Sri Indrapura IndonesiaHerald.com, Riau - Liburan ke Siak akhir pekan ini, traveler bisa ...
-
IndonesiaHerald.com, Health - Kalau ditanya apa golongan darahnya orang-orang mungkin akan menjawab A, B, O, atau AB. Namun untuk Sara...
-
IndonesiaHerald, Pontianak - Masyarakat di sekitar Bandara Supadio Pontianak terkejut melihat pemandangan itu. Seorang wanita berambut...
-
IndonesiaHerald.com, Jakarta - Pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat tetap unggul dibanding dua kandidat lainny...
-
IndonesiaHerald.com, Kendari - Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam sebagai tersangka dalam kasus ...
-
Indonesiaherald.com, Bogor - Intoleransi dan radikalisme di Indonesia dinilai kian masif kemunculannya. Menurut salah satu peserta dis...
-
Indonesiaherald.com, Jakarta - Pesan percakapan dalam aplikasi WhatsApp di platform iOS ternyata tak sepenuhnya bisa dihapus. Bahkan se...
-
Indonesiaherald.com, New Delhi - Seorang pemuda di India yang dinyatakan tewas setelah dipagut ular berbisa tiba-tiba terbangun sesaat se...
-
IndonesiaHerald.com, Jakarta - Komnas Perempuan menemukan ratusan peraturan daerah yang diskriminatif terhadap perempuan. Keberadaan perda-...
KOMENTAR