IndonesiaHerald.com, Jakarta - Parlemen Inggris menilai para raksasa internet seperti Google, Facebook dan Twitter gagal memblokir aktivitas online gerakan ISIS. Menurut para anggota parlemen Inggris, Google, Facebook dan Twitter bukannya menjegal aktivitas rekrutmen teroris di platform mereka, melainkan malah memberi jalan agar leluasa melenggang. Mereka menduga, kehati-hatian ketiganya mengambil tindakan lantaran kekhawatiran akan merusak citra brand mereka. Parlemen Inggris pun memperingatkan bahwa internet menjadi tempat berbahaya karena kebijakan Google, Facebook dan Twitter. "Perusahaan besar seperti Google, Facebook dan Twitter, dengan pendapatan miliaran dolar, secara sengaja gagal menghambat pergerakan ISIS," kata kepala komite Keith Vaz seperti dikutip dari Digital Trends, Kamis (25/8/2016). "Mereka berlindung di balik status global mereka, meskipun tahu bahwa situs mereka digunakan oleh para penghasut teror," sambungnya. Reaksi parlemen Inggris mengemuka setelah terjadinya gelombang serangan kekerasan di Eropa. Parlemen Inggris juga menyoroti kasus pendakwah terkenal Anjem Choudary yang dinilai menebar kebencian dan diketahui mendukung ISIS. Selama persidangan kasusnya, pihak berwenang Inggris telah mengontak situs-situs media sosial untuk menghapus berbagai konten yang terkait dengan Choudary, namun tidak semua permintaan tersebut dipenuhi. Google, Facebook maupun Twitter belum memberikan komentar apapun terkait laporan ini. Twitter sendiri beberapa waktu lalu dinyatakan Hakim Federal Pengadilan San Francisco bebas dari gugatan yang menuduhnya turut andil dalam aktivitas ISIS. (Sumber: detik.com).
$type=grid$meta=0$readmore=0$snippet=0$count=3$show=home
IndonesiaHerald.com, Jakarta - Parlemen Inggris menilai para raksasa internet seperti Google, Facebook dan Twitter gagal memblokir aktivitas online gerakan ISIS.
Menurut para anggota parlemen Inggris, Google, Facebook dan Twitter bukannya menjegal aktivitas rekrutmen teroris di platform mereka, melainkan malah memberi jalan agar leluasa melenggang.
Mereka menduga, kehati-hatian ketiganya mengambil tindakan lantaran kekhawatiran akan merusak citra brand mereka. Parlemen Inggris pun memperingatkan bahwa internet menjadi tempat berbahaya karena kebijakan Google, Facebook dan Twitter.
"Perusahaan besar seperti Google, Facebook dan Twitter, dengan pendapatan miliaran dolar, secara sengaja gagal menghambat pergerakan ISIS," kata kepala komite Keith Vaz seperti dikutip dari Digital Trends, Kamis (25/8/2016).
"Mereka berlindung di balik status global mereka, meskipun tahu bahwa situs mereka digunakan oleh para penghasut teror," sambungnya.
Reaksi parlemen Inggris mengemuka setelah terjadinya gelombang serangan kekerasan di Eropa. Parlemen Inggris juga menyoroti kasus pendakwah terkenal Anjem Choudary yang dinilai menebar kebencian dan diketahui mendukung ISIS.
Selama persidangan kasusnya, pihak berwenang Inggris telah mengontak situs-situs media sosial untuk menghapus berbagai konten yang terkait dengan Choudary, namun tidak semua permintaan tersebut dipenuhi.
Google, Facebook maupun Twitter belum memberikan komentar apapun terkait laporan ini. Twitter sendiri beberapa waktu lalu dinyatakan Hakim Federal Pengadilan San Francisco bebas dari gugatan yang menuduhnya turut andil dalam aktivitas ISIS. (Sumber: detik.com).

Category 6
/fa-signal/ TOP 7 In The WEEK$type=one$snipped=hide$show=home$readmore=0$snippet=0$author=0$comment
-
Soetantyo Moechlas. Photo Tribun IndonesiaHerald.com - Mukidi. Nama ini di mana-mana disebut. Cerita-cerita Humor segar mengisi group-gr...
-
Potret Sultan Syarif Kasim II di Istana Siak Sri Indrapura IndonesiaHerald.com, Riau - Liburan ke Siak akhir pekan ini, traveler bisa ...
-
IndonesiaHerald.com, Health - Kalau ditanya apa golongan darahnya orang-orang mungkin akan menjawab A, B, O, atau AB. Namun untuk Sara...
-
IndonesiaHerald, Pontianak - Masyarakat di sekitar Bandara Supadio Pontianak terkejut melihat pemandangan itu. Seorang wanita berambut...
-
IndonesiaHerald.com, Jakarta - Pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat tetap unggul dibanding dua kandidat lainny...
-
IndonesiaHerald.com, Kendari - Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam sebagai tersangka dalam kasus ...
-
Indonesiaherald.com, Bogor - Intoleransi dan radikalisme di Indonesia dinilai kian masif kemunculannya. Menurut salah satu peserta dis...
-
Indonesiaherald.com, Jakarta - Pesan percakapan dalam aplikasi WhatsApp di platform iOS ternyata tak sepenuhnya bisa dihapus. Bahkan se...
-
Indonesiaherald.com, New Delhi - Seorang pemuda di India yang dinyatakan tewas setelah dipagut ular berbisa tiba-tiba terbangun sesaat se...
-
IndonesiaHerald.com, Jakarta - Komnas Perempuan menemukan ratusan peraturan daerah yang diskriminatif terhadap perempuan. Keberadaan perda-...
KOMENTAR