IndonesiaHerald.com, Jakarta - Bakal calon Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno, mengaku tidak ingin menjadi gubernur yang kerap marah untuk mendapatkan perhatian warga. Menurut Sandiaga, kesopanan dan sikap santun masih bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah di Ibu Kota. "Saya enggak mau ikuti tren yang di luar kearifan Indonesia, kita bangsa yang beradab, kesopanan, gotong royong, dan politik kita juga jadi panutan banyak negara," ujar Sandiaga dalam acara "Rosi" yang ditayangkan Kompas TV, Jumat (9/9/2016) malam. Ia menjawab pertanyaan yang dilontarkan pembawa acara itu, Rosianna Silalahi. Kepada Sandiaga, Rosi bertanya apakah politikus Partai Gerindra itu mau mengikuti gaya bicara yang blak-blakan, seperti yang dilakukan calon Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump, dan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. "Tren memarahi pejabat atau tren marah-marah oleh calon pemimpin atau pejabat sekarang banyak disukai. Contohnya ada Trump yang blak-blakan tetapi elektabilitasnya tinggi, sedangkan Hillary (Clinton) malah dibilang seorang kriminal, begitu juga dengan Ahok," kata Rosi. "Bahkan, katanya anak Anda suka kalau Ahok marah-marah. Apakah Anda mau ikut tren seperti itu?" tanya Rosi. Sandiaga pun menjawab bahwa seorang pemimpin boleh bersikap tegas, tetapi tidak harus beringas. Menurut dia, seorang pemimpin boleh keras, tetapi tidak mencaci maki atau bertindak kasar. Hal itulah yang menurut Sandiaga membedakan dirinya dengan Ahok. Sandiaga menilai, harusnya pemimpin tidak memberikan ketakutan bagi warganya. Sandiaga juga menegaskan bahwa ia tidak akan mengubah gaya politiknya hanya sekedar untuk pencitraan. "Ini bukan pencitraan, saya bukan mau populer, tetapi mau kasih solusi untuk Jakarta. Inilah saya, beberapa bulan terakhir (blusukan) adalah Sandi, saya enggak akan mengubah gaya untuk terpilih karena kalau saya berubah, saya tidak jadi diri sendiri saya akan tersiksa," ujar Sandiaga. (Sumber: Kompas.com).
$type=grid$meta=0$readmore=0$snippet=0$count=3$show=home
IndonesiaHerald.com, Jakarta - Bakal calon Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno, mengaku tidak ingin menjadi gubernur yang kerap marah untuk mendapatkan perhatian warga.
Menurut Sandiaga, kesopanan dan sikap santun masih bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah di Ibu Kota.
"Saya enggak mau ikuti tren yang di luar kearifan Indonesia, kita bangsa yang beradab, kesopanan, gotong royong, dan politik kita juga jadi panutan banyak negara," ujar Sandiaga dalam acara "Rosi" yang ditayangkan Kompas TV, Jumat (9/9/2016) malam.
Ia menjawab pertanyaan yang dilontarkan pembawa acara itu, Rosianna Silalahi.
Kepada Sandiaga, Rosi bertanya apakah politikus Partai Gerindra itu mau mengikuti gaya bicara yang blak-blakan, seperti yang dilakukan calon Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump, dan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.
"Tren memarahi pejabat atau tren marah-marah oleh calon pemimpin atau pejabat sekarang banyak disukai. Contohnya ada Trump yang blak-blakan tetapi elektabilitasnya tinggi, sedangkan Hillary (Clinton) malah dibilang seorang kriminal, begitu juga dengan Ahok," kata Rosi.
"Bahkan, katanya anak Anda suka kalau Ahok marah-marah. Apakah Anda mau ikut tren seperti itu?" tanya Rosi.
Sandiaga pun menjawab bahwa seorang pemimpin boleh bersikap tegas, tetapi tidak harus beringas.
Menurut dia, seorang pemimpin boleh keras, tetapi tidak mencaci maki atau bertindak kasar.
Hal itulah yang menurut Sandiaga membedakan dirinya dengan Ahok.
Sandiaga menilai, harusnya pemimpin tidak memberikan ketakutan bagi warganya.
Sandiaga juga menegaskan bahwa ia tidak akan mengubah gaya politiknya hanya sekedar untuk pencitraan.
"Ini bukan pencitraan, saya bukan mau populer, tetapi mau kasih solusi untuk Jakarta. Inilah saya, beberapa bulan terakhir (blusukan) adalah Sandi, saya enggak akan mengubah gaya untuk terpilih karena kalau saya berubah, saya tidak jadi diri sendiri saya akan tersiksa," ujar Sandiaga. (Sumber: Kompas.com).

Category 6
/fa-signal/ TOP 7 In The WEEK$type=one$snipped=hide$show=home$readmore=0$snippet=0$author=0$comment
-
Soetantyo Moechlas. Photo Tribun IndonesiaHerald.com - Mukidi. Nama ini di mana-mana disebut. Cerita-cerita Humor segar mengisi group-gr...
-
Potret Sultan Syarif Kasim II di Istana Siak Sri Indrapura IndonesiaHerald.com, Riau - Liburan ke Siak akhir pekan ini, traveler bisa ...
-
IndonesiaHerald.com, Health - Kalau ditanya apa golongan darahnya orang-orang mungkin akan menjawab A, B, O, atau AB. Namun untuk Sara...
-
IndonesiaHerald, Pontianak - Masyarakat di sekitar Bandara Supadio Pontianak terkejut melihat pemandangan itu. Seorang wanita berambut...
-
IndonesiaHerald.com, Jakarta - Pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat tetap unggul dibanding dua kandidat lainny...
-
IndonesiaHerald.com, Kendari - Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam sebagai tersangka dalam kasus ...
-
Indonesiaherald.com, Bogor - Intoleransi dan radikalisme di Indonesia dinilai kian masif kemunculannya. Menurut salah satu peserta dis...
-
Indonesiaherald.com, Jakarta - Pesan percakapan dalam aplikasi WhatsApp di platform iOS ternyata tak sepenuhnya bisa dihapus. Bahkan se...
-
Indonesiaherald.com, New Delhi - Seorang pemuda di India yang dinyatakan tewas setelah dipagut ular berbisa tiba-tiba terbangun sesaat se...
-
IndonesiaHerald.com, Jakarta - Komnas Perempuan menemukan ratusan peraturan daerah yang diskriminatif terhadap perempuan. Keberadaan perda-...
KOMENTAR