IndonesiaHerald.com, Nasional - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siroj menegaskan, pihaknya konsisten menjadi penengah dalam konstelasi kehidupan berbangsa. Namun, dia menyadari bahwa langkah dipilihnya ini tidak mudah.
IndonesiaHerald.com,
Nasional - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil
Siroj menegaskan, pihaknya konsisten menjadi penengah dalam konstelasi
kehidupan berbangsa. Namun, dia menyadari bahwa langkah dipilihnya ini tidak
mudah.
"Betapa menjadi penengah bukan tugas yang mudah,
namun menjadi pengabdian para kiai NU," kata Said Aqil dalam peringatan
Hari Lahir Ke-91 NU di Jakarta, Selasa (31/1) kemarin malam, Seperti
diberitakan Antara.
Menurut dia, sikap tersebut bagian dari komitmen NU
menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Komitmen itu merupakan
prinsip kebangsaan diwariskan para pendiri NU.
Menurut dia, NU merasa wajib mempertahankan NKRI karena
terlibat aktif dalam kemerdekaan Indonesia melalui BPUPKI dan PPKI pada tahun
1945, menyerukan resolusi jihad 22 Oktober 1945 dengan mewajibkan mengangkat
senjata mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
NU juga berdiri terdepan melawan PKI pada tahun 1965 demi
menyelamatkan Pancasila. Di era Orde Baru, NU menjadi ormas pertama kali
menerima Pancasila sebagai asas tunggal. NU juga terlibat aktif melahirkan era
reformasi.
Bahkan, lanjut Said, menolak radikalisme agama dan
sentimen SARA kini mengancam keutuhan NKRI. Puluhan juta warga NU istiqomah
membentengi Indonesia dari ekstremisme kiri maupun ekstremisme kanan. NU pula,
kata Said, menjadi payung besar tegaknya toleransi beragama di Indonesia.
Dalam melakukan dakwah, Said menegaskan, juga menggunakan
cara santun, menekankan kesabaran, kepasrahan, dan kejernihan batin, tetapi
sekaligus semangat untuk menghadapi masa depan. "Para kiai NU selalu
menganjurkan untuk damai, jangan suka bertengkar. Inilah yang dilakukan para
kiai kampung, para kiai NU selama ini," kata dia.
NU genap berusia 91 tahun pada 31 Januari 2017. Menurut
Said, tidak pernah sekalipun melakukan bughat atau makar terhadap Pancasila dan
NKRI. "Inilah Nahdlatul Ulama, meski dibully, difitnah, dan dicaci tetap
berdiri membela NKRI," kata Said Aqil.
Sejumlah tokoh nasional hadir dalam acara itu, antara
lain Ketua MPR Zulkifli Hasan, Ketua DPR Setya Novanto, Panglima TNI Jenderal
TNI Gatot Nurmantyo, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, dan sejumlah menteri
Kabinet Kerja. (merdeka/surya)
KOMENTAR