Tiga Abad Menjadi Misteri, Fenomena Aneh Angin Gerhana Kini Terungkap

IndonesiaHerald.com, 301 tahun lalu, astronom Inggris bernama Edmund Halley menjumpai fenomena aneh ketika Gerhana Matahari total berlangsung. Cuaca berubah. Ia mendeksripsikan, "Dingin dan lembab yang menyertai kegelapan memicu suasana horor." Selama ratusan tahun, fenomena yang dijumpai Halley dan sebenarnya kerap dirasakan penduduk dunia saat gerhana tersebut menjadi misteri. Beragam penelitian dilakukan tetapi belum satu pun yang menghasilkan kesimpulan kuat yang membantu mengurai misteri. Hingga kemudian para ahli cuaca dari University of Reading di Inggris merancang penelitian pada 2015 lalu. Mereka merekrut 4.500 ilmuwan warga untuk mengukur cuaca kala Gerhana Matahari parsial tahun 2015. Data yang dihasilkan digabungkan dengan hasil pengukuran dari berbagai stasiun cuaca lalu dianalisis. Riset mengungkap bahwa udara memang lebih dingin saat terjadi Gerhana Matahari. Hal itu disebabkan oleh perubahan pada lapisan atmosfer pembatas Bumi, lapisan atmosfer terendah yang merentang dari permukaan bumi hingga di area pembentukan awan kumulus. "Ada banyak teori tentang angin gerhana yang diungkapkan selama bertahun-tahun, tetapi kami berpikir ini penjelasan yang paling mungkin sejauh ini," ungkap Giles Harrison, ahli meteorologi yang melakukan penelitian, seperti dikutip Science Alert, Rabu (24/8/2016). "Begitu Matahari menghilang di balik Bulan, permukaan Bumi mendingin cepat, persis seperti saat senja. Ini berarti bahwa udara hangat berhenti bergerak dari permukaan, mengakibatkan penurunan kecepatan gerak angin serta mengubah arahnya," jelasnya. Harrison dan rekannya menemukan, saat terjadi gerhana, suhu di Inggris secara rata-rata turun 1 derajat Celsius. Di beberapa wilayah, penurunan suhu mencapai 4 derajat Celsius. Sementara itu, kecepatan angin turun 7,4 derajat Celsius. Hasil studi itu didukung oleh temuan lain dari ilmuwan University of Sheffield yang mengungkapkan bahwa pada paruh waktu pertama gerhana, suhu udara turun 0,83 +/- 0,63 derajat Celsius dan kecepatan angin turun 9 persen dari kecepatan awalnya. Hasil penelitian dipublikasikan di Philosophical Transaction of the Royal Society A. hasil riset ini bisa kembali diuji lewat penelitian-penelitian lain saat gerhana. Bagi ilmuwan barat, Gerhana Matahari total yang akan terjadi di Amerika Serikat tahun 2017 mendatang akan menjadi kesempatan menarik. Selain temuannya, riset ini juga menarik dari sisi proses. Penelitian melibatkan sukarelawan, diantaranya para astronom amatir. Halley sendiri yang pada awalnya mengungkap adanya fenomena angin matahari juga menggunakan data dari para amatir.(Sumber: Kompas.com).

IndonesiaHerald.com, 301 tahun lalu, astronom Inggris bernama Edmund Halley menjumpai fenomena aneh ketika Gerhana Matahari total berlangsung. Cuaca berubah. Ia mendeksripsikan, "Dingin dan lembab yang menyertai kegelapan memicu suasana horor."

Selama ratusan tahun, fenomena yang dijumpai Halley dan sebenarnya kerap dirasakan penduduk dunia saat gerhana tersebut menjadi misteri. Beragam penelitian dilakukan tetapi belum satu pun yang menghasilkan kesimpulan kuat yang membantu mengurai misteri.

Hingga kemudian para ahli cuaca dari University of Reading di Inggris merancang penelitian pada 2015 lalu. Mereka merekrut 4.500 ilmuwan warga untuk mengukur cuaca kala Gerhana Matahari parsial tahun 2015. Data yang dihasilkan digabungkan dengan hasil pengukuran dari berbagai stasiun cuaca lalu dianalisis.

Riset mengungkap bahwa udara memang lebih dingin saat terjadi Gerhana Matahari. Hal itu disebabkan oleh perubahan pada lapisan atmosfer pembatas Bumi, lapisan atmosfer terendah yang merentang dari permukaan bumi hingga di area pembentukan awan kumulus.

"Ada banyak teori tentang angin gerhana yang diungkapkan selama bertahun-tahun, tetapi kami berpikir ini penjelasan yang paling mungkin sejauh ini," ungkap Giles Harrison, ahli meteorologi yang melakukan penelitian, seperti dikutip Science Alert, Rabu (24/8/2016).

"Begitu Matahari menghilang di balik Bulan, permukaan Bumi mendingin cepat, persis seperti saat senja. Ini berarti bahwa udara hangat berhenti bergerak dari permukaan, mengakibatkan penurunan kecepatan gerak angin serta mengubah arahnya," jelasnya.

Harrison dan rekannya menemukan, saat terjadi gerhana, suhu di Inggris secara rata-rata turun 1 derajat Celsius. Di beberapa wilayah, penurunan suhu mencapai 4 derajat Celsius. Sementara itu, kecepatan angin turun 7,4 derajat Celsius.

Hasil studi itu didukung oleh temuan lain dari ilmuwan University of Sheffield yang mengungkapkan bahwa pada paruh waktu pertama gerhana, suhu udara turun 0,83 +/- 0,63 derajat Celsius dan kecepatan angin turun 9 persen dari kecepatan awalnya.

Hasil penelitian dipublikasikan di Philosophical Transaction of the Royal Society A. hasil riset ini bisa kembali diuji lewat penelitian-penelitian lain saat gerhana. Bagi ilmuwan barat, Gerhana Matahari total yang akan terjadi di Amerika Serikat tahun 2017 mendatang akan menjadi kesempatan menarik.

Selain temuannya, riset ini juga menarik dari sisi proses. Penelitian melibatkan sukarelawan, diantaranya para astronom amatir. Halley sendiri yang pada awalnya mengungkap adanya fenomena angin matahari juga menggunakan data dari para amatir. (Sumber: Kompas.com). 


KOMENTAR

Category 6

Name

Berita,465,China,9,Education,18,Entertainment,19,Hari Santri,4,Headlines,79,Health,8,Indonesia,212,Inspirasi,12,Internasional,50,Jakarta,110,Jobs,3,Life Style,6,Nasional,189,News,175,Otomotive,1,Pendidikan,3,Pendidikan Islam,18,Politik,223,Santri,7,Sport,6,Travel,21,Viral,2,World,10,
ltr
item
IndonesiaHerald: Tiga Abad Menjadi Misteri, Fenomena Aneh Angin Gerhana Kini Terungkap
Tiga Abad Menjadi Misteri, Fenomena Aneh Angin Gerhana Kini Terungkap
IndonesiaHerald.com, 301 tahun lalu, astronom Inggris bernama Edmund Halley menjumpai fenomena aneh ketika Gerhana Matahari total berlangsung. Cuaca berubah. Ia mendeksripsikan, "Dingin dan lembab yang menyertai kegelapan memicu suasana horor." Selama ratusan tahun, fenomena yang dijumpai Halley dan sebenarnya kerap dirasakan penduduk dunia saat gerhana tersebut menjadi misteri. Beragam penelitian dilakukan tetapi belum satu pun yang menghasilkan kesimpulan kuat yang membantu mengurai misteri. Hingga kemudian para ahli cuaca dari University of Reading di Inggris merancang penelitian pada 2015 lalu. Mereka merekrut 4.500 ilmuwan warga untuk mengukur cuaca kala Gerhana Matahari parsial tahun 2015. Data yang dihasilkan digabungkan dengan hasil pengukuran dari berbagai stasiun cuaca lalu dianalisis. Riset mengungkap bahwa udara memang lebih dingin saat terjadi Gerhana Matahari. Hal itu disebabkan oleh perubahan pada lapisan atmosfer pembatas Bumi, lapisan atmosfer terendah yang merentang dari permukaan bumi hingga di area pembentukan awan kumulus. "Ada banyak teori tentang angin gerhana yang diungkapkan selama bertahun-tahun, tetapi kami berpikir ini penjelasan yang paling mungkin sejauh ini," ungkap Giles Harrison, ahli meteorologi yang melakukan penelitian, seperti dikutip Science Alert, Rabu (24/8/2016). "Begitu Matahari menghilang di balik Bulan, permukaan Bumi mendingin cepat, persis seperti saat senja. Ini berarti bahwa udara hangat berhenti bergerak dari permukaan, mengakibatkan penurunan kecepatan gerak angin serta mengubah arahnya," jelasnya. Harrison dan rekannya menemukan, saat terjadi gerhana, suhu di Inggris secara rata-rata turun 1 derajat Celsius. Di beberapa wilayah, penurunan suhu mencapai 4 derajat Celsius. Sementara itu, kecepatan angin turun 7,4 derajat Celsius. Hasil studi itu didukung oleh temuan lain dari ilmuwan University of Sheffield yang mengungkapkan bahwa pada paruh waktu pertama gerhana, suhu udara turun 0,83 +/- 0,63 derajat Celsius dan kecepatan angin turun 9 persen dari kecepatan awalnya. Hasil penelitian dipublikasikan di Philosophical Transaction of the Royal Society A. hasil riset ini bisa kembali diuji lewat penelitian-penelitian lain saat gerhana. Bagi ilmuwan barat, Gerhana Matahari total yang akan terjadi di Amerika Serikat tahun 2017 mendatang akan menjadi kesempatan menarik. Selain temuannya, riset ini juga menarik dari sisi proses. Penelitian melibatkan sukarelawan, diantaranya para astronom amatir. Halley sendiri yang pada awalnya mengungkap adanya fenomena angin matahari juga menggunakan data dari para amatir.(Sumber: Kompas.com).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCbWaSTYPpZKKqfpcC8gDMPwmmwm4mEK4ZDRAjbemhaTNEq76KdrqwHbqBucyQ2at_XPoEhGElaJMc02qUnrc2hxTmAhonrM080goUU33Zb4WmfnecxALxyE32Psr00BghOogc_iij9I4/s640/197.+Tiga+abad+gerhana.JPG
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCbWaSTYPpZKKqfpcC8gDMPwmmwm4mEK4ZDRAjbemhaTNEq76KdrqwHbqBucyQ2at_XPoEhGElaJMc02qUnrc2hxTmAhonrM080goUU33Zb4WmfnecxALxyE32Psr00BghOogc_iij9I4/s72-c/197.+Tiga+abad+gerhana.JPG
IndonesiaHerald
http://heraldindonesia.blogspot.com/2016/08/tiga-abad-misteri-fenomena-angin-gerhana-terungkap.html
http://heraldindonesia.blogspot.com/
http://heraldindonesia.blogspot.com/
http://heraldindonesia.blogspot.com/2016/08/tiga-abad-misteri-fenomena-angin-gerhana-terungkap.html
true
7052545917034528745
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Selengkapnya Balas Cancel reply Hapus Oleh Beranda Halaman Postingan View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE CARI ALL POSTS Not found any post match with your request KEMBALI KE BERANDA Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy