Nasib Songa, Bocah yang Tinggal Digubuk Reot, Terlupakan dari Hiruk Pikuk Politik Jakarta, Undang Simpati Fotografer Italia

IndonesiaHerald.com, Jakarta - Bagi Stefano Romano, seorang fotografer asal Italia yang sudah menyusuri sejumlah wilayah di Indonesia, Songa (5) adalah sosok bocah perempuan yang cantik dengan mata menawan. Tak hanya itu, Stef--panggilan Stefano Romano, juga melihat Songa adalah bocah yang tegar. Songa dan keluarganya tinggal di sebuah rumah semi permanen dengan kayu dan tambalan triplek di mana-mana. Rumah mereka berada di kawasan Plumpang, tepatnya di Jalan Perjuangan V RT 005 RW 10 Kelurahan Rawa Badak Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Rumahnya yang terletak di paling ujung gang itu terlihat miring dengan kemiringan hampir 60 derajat. Rumah berukuran kurang lebih 6 x 3 meter itu berdiri di atas rawa. Di bawah rumah itu seperti genangan air dan kubangan kotor berisi sampah. Meski tinggal di gubuk reyot , kata Stef, Songa tak pernah mengeluh. Dia bukan bocah yang memanfaatkan keadaannya sekarang ini untuk meminta belas kasihan orang. Tak hanya Songa, Diana (36) sang ibu juga tak pernah minta uang kepada orang lain meski sudah dikenal. "Songa juga Diana, mereka tak pernah minta uang meski dalam keadaan sulit seperti saat ini," kata Stef saat berbincang dengan detikcom, Rabu (14/9/2016). Sang ayah Simon (39) juga mengatakan bahwa Songa dan kakaknya Jevert (9) tak pernah mengeluh meski tinggal di gubuk reyot yang hampir rubuh. "Tidak pernah (mengeluh). Mereka cuma bilang 'rumah sudah miring pak,bagaimana?' Ya saya betulin," kata Simon. Simon dan Diana bukan tak ingin memperbaiki rumah yang mereka beli 3 tahun silam itu. Keterbatasan dana lah yang membuat mereka tak kunjung merenovasi rumah tersebut. Simon tak memiliki pekerjaan tetap. Dia menjadi sopir freelance yang hanya bekerja saat ada pejabat daerah dari Papua atau Maluku datang ke Jakarta. Penghasilannya pun tak menentu. Paling besar penghasilannya dalam satu bulan itu Rp 2 juta. Itu pun belum tentu 3 bulan sekali. Walhasil, hingga kini Simon tak bisa memperbaiki rumah tinggalnya. Ketegaran Songa dan keluarganya inilah yang menggugah Stefano Romano. Pria kelahiran Roma, Italia pada 11 Januari 1974 itu pun melakukan penggalangan dana untuk keluarga Songa. Penggalangan dana dilakukan melalui kitabisa.com dan sebuah pentas amal (charity). Namun apa daya dua pekan berlangsung, hingga kini dana yang terkumpul baru sekitar Rp 3 juta. Padahal dibutuhkan paling tidak Rp 75 juta untuk merenovasi rumah Songa. Pria Italia yang senang dipanggil Kang Stef itu berharap banyak dermawan yang mau mengulurkan bantuan untuk Songa agar dia bisa menikmati masa-masa kecilnya dengan bahagia. (Sumber: detik.com).

IndonesiaHerald.com, Jakarta - Bagi Stefano Romano, seorang fotografer asal Italia yang sudah menyusuri sejumlah wilayah di Indonesia, Songa (5) adalah sosok bocah perempuan yang cantik dengan mata menawan. Tak hanya itu, Stef--panggilan Stefano Romano, juga melihat Songa adalah bocah yang tegar.

Songa dan keluarganya tinggal di sebuah rumah semi permanen dengan kayu dan tambalan triplek di mana-mana. Rumah mereka berada di kawasan Plumpang, tepatnya di Jalan Perjuangan V RT 005 RW 10 Kelurahan Rawa Badak Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara.

Rumahnya yang terletak di paling ujung gang itu terlihat miring dengan kemiringan hampir 60 derajat. Rumah berukuran kurang lebih 6 x 3 meter itu berdiri di atas rawa. Di bawah rumah itu seperti genangan air dan kubangan kotor berisi sampah.


Meski tinggal di gubuk reyot , kata Stef, Songa tak pernah mengeluh. Dia bukan bocah yang memanfaatkan keadaannya sekarang ini untuk meminta belas kasihan orang. Tak hanya Songa, Diana (36) sang ibu juga tak pernah minta uang kepada orang lain meski sudah dikenal. 

"Songa juga Diana, mereka tak pernah minta uang meski dalam keadaan sulit seperti saat ini," kata Stef saat berbincang dengan detikcom, Rabu (14/9/2016). 

Sang ayah Simon (39) juga mengatakan bahwa Songa dan kakaknya Jevert (9) tak pernah mengeluh meski tinggal di gubuk reyot yang hampir rubuh. "Tidak pernah (mengeluh). Mereka cuma bilang 'rumah sudah miring pak,bagaimana?' Ya saya betulin," kata Simon. 



Simon dan Diana bukan tak ingin memperbaiki rumah yang mereka beli 3 tahun silam itu. Keterbatasan dana lah yang membuat mereka tak kunjung merenovasi rumah tersebut. 

Simon tak memiliki pekerjaan tetap. Dia menjadi sopir freelance yang hanya bekerja saat ada pejabat daerah dari Papua atau Maluku datang ke Jakarta. Penghasilannya pun tak menentu. Paling besar penghasilannya dalam satu bulan itu Rp 2 juta. Itu pun belum tentu 3 bulan sekali. 

Walhasil, hingga kini Simon tak bisa memperbaiki rumah tinggalnya. Ketegaran Songa dan keluarganya inilah yang menggugah Stefano Romano. Pria kelahiran Roma, Italia pada 11 Januari 1974 itu pun melakukan penggalangan dana untuk keluarga Songa. 

Penggalangan dana dilakukan melalui kitabisa.com dan sebuah pentas amal (charity). Namun apa daya dua pekan berlangsung, hingga kini dana yang terkumpul baru sekitar Rp 3 juta. 

Padahal dibutuhkan paling tidak Rp 75 juta untuk merenovasi rumah Songa. Pria Italia yang senang dipanggil Kang Stef itu berharap banyak dermawan yang mau mengulurkan bantuan untuk Songa agar dia bisa menikmati masa-masa kecilnya dengan bahagia. (Sumber: detik.com). 


KOMENTAR

Category 6

Name

Berita,465,China,9,Education,18,Entertainment,19,Hari Santri,4,Headlines,79,Health,8,Indonesia,212,Inspirasi,12,Internasional,50,Jakarta,110,Jobs,3,Life Style,6,Nasional,189,News,175,Otomotive,1,Pendidikan,3,Pendidikan Islam,18,Politik,223,Santri,7,Sport,6,Travel,21,Viral,2,World,10,
ltr
item
IndonesiaHerald: Nasib Songa, Bocah yang Tinggal Digubuk Reot, Terlupakan dari Hiruk Pikuk Politik Jakarta, Undang Simpati Fotografer Italia
Nasib Songa, Bocah yang Tinggal Digubuk Reot, Terlupakan dari Hiruk Pikuk Politik Jakarta, Undang Simpati Fotografer Italia
IndonesiaHerald.com, Jakarta - Bagi Stefano Romano, seorang fotografer asal Italia yang sudah menyusuri sejumlah wilayah di Indonesia, Songa (5) adalah sosok bocah perempuan yang cantik dengan mata menawan. Tak hanya itu, Stef--panggilan Stefano Romano, juga melihat Songa adalah bocah yang tegar. Songa dan keluarganya tinggal di sebuah rumah semi permanen dengan kayu dan tambalan triplek di mana-mana. Rumah mereka berada di kawasan Plumpang, tepatnya di Jalan Perjuangan V RT 005 RW 10 Kelurahan Rawa Badak Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Rumahnya yang terletak di paling ujung gang itu terlihat miring dengan kemiringan hampir 60 derajat. Rumah berukuran kurang lebih 6 x 3 meter itu berdiri di atas rawa. Di bawah rumah itu seperti genangan air dan kubangan kotor berisi sampah. Meski tinggal di gubuk reyot , kata Stef, Songa tak pernah mengeluh. Dia bukan bocah yang memanfaatkan keadaannya sekarang ini untuk meminta belas kasihan orang. Tak hanya Songa, Diana (36) sang ibu juga tak pernah minta uang kepada orang lain meski sudah dikenal. "Songa juga Diana, mereka tak pernah minta uang meski dalam keadaan sulit seperti saat ini," kata Stef saat berbincang dengan detikcom, Rabu (14/9/2016). Sang ayah Simon (39) juga mengatakan bahwa Songa dan kakaknya Jevert (9) tak pernah mengeluh meski tinggal di gubuk reyot yang hampir rubuh. "Tidak pernah (mengeluh). Mereka cuma bilang 'rumah sudah miring pak,bagaimana?' Ya saya betulin," kata Simon. Simon dan Diana bukan tak ingin memperbaiki rumah yang mereka beli 3 tahun silam itu. Keterbatasan dana lah yang membuat mereka tak kunjung merenovasi rumah tersebut. Simon tak memiliki pekerjaan tetap. Dia menjadi sopir freelance yang hanya bekerja saat ada pejabat daerah dari Papua atau Maluku datang ke Jakarta. Penghasilannya pun tak menentu. Paling besar penghasilannya dalam satu bulan itu Rp 2 juta. Itu pun belum tentu 3 bulan sekali. Walhasil, hingga kini Simon tak bisa memperbaiki rumah tinggalnya. Ketegaran Songa dan keluarganya inilah yang menggugah Stefano Romano. Pria kelahiran Roma, Italia pada 11 Januari 1974 itu pun melakukan penggalangan dana untuk keluarga Songa. Penggalangan dana dilakukan melalui kitabisa.com dan sebuah pentas amal (charity). Namun apa daya dua pekan berlangsung, hingga kini dana yang terkumpul baru sekitar Rp 3 juta. Padahal dibutuhkan paling tidak Rp 75 juta untuk merenovasi rumah Songa. Pria Italia yang senang dipanggil Kang Stef itu berharap banyak dermawan yang mau mengulurkan bantuan untuk Songa agar dia bisa menikmati masa-masa kecilnya dengan bahagia. (Sumber: detik.com).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgv89wIVa7iEGA0vBi0vJZrUi5qUluNCXLYRXXUMrHEP_gKDPPHyASPgRYBm26cyuOjFO_SneJg6dvouVNUY8N16Dti-746L_Ta7ILqktryA9g2DgQ3twMwrL18iZ8-SS79FdDV_D3ZA7c/s640/rumah+miskin+detik+1.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgv89wIVa7iEGA0vBi0vJZrUi5qUluNCXLYRXXUMrHEP_gKDPPHyASPgRYBm26cyuOjFO_SneJg6dvouVNUY8N16Dti-746L_Ta7ILqktryA9g2DgQ3twMwrL18iZ8-SS79FdDV_D3ZA7c/s72-c/rumah+miskin+detik+1.jpg
IndonesiaHerald
http://heraldindonesia.blogspot.com/2016/09/nasib-songa-bocah-yang-tinggal-digubuk-reot-jakarta.html
http://heraldindonesia.blogspot.com/
http://heraldindonesia.blogspot.com/
http://heraldindonesia.blogspot.com/2016/09/nasib-songa-bocah-yang-tinggal-digubuk-reot-jakarta.html
true
7052545917034528745
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Selengkapnya Balas Cancel reply Hapus Oleh Beranda Halaman Postingan View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE CARI ALL POSTS Not found any post match with your request KEMBALI KE BERANDA Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy