IndonesiaHerald.com, Jakarta - Kader muda Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia merasa heran dengan keputusan partainya tetap mendukung pasangan Ahok-Djarot di Pilgub DKI 2017. Padahal, penolakan terhadap Ahok dari internal partai makin deras. "Setelah Ahok diusung oleh PDIP, Golkar sangat terlihat 'dikecilkan' makna dan posisinya secara politik. Namun ketika gelombang reaksi penolakan Ahok muncul begitu deras, akibat penistaan agama Islam yang dilakukan Ahok," kata Doli dalam keterangan tertulisnya yang diterima detikcom, Selasa (18/10/2016). Ia merasa aneh dengan sikap dengan para petinggi Golkar yang begitu ngotot membela Ahok meski salah, salah satunya Nusron Wahid. Sementara PDIP yang disebut sebagai partai utama pengusung Ahok-Djarot terlihat lebih "santai". "Justru yang 'mati-matian' dan 'membabi buta' membela Ahok adalah Nusron. Yang menegaskan posisinya sebagai Ketua Pemenangan Pemilu DPP Golkar, hingga sudah sampai pula menyinggung ulama dan umat Islam juga," ungkapnya. "Sementara pengurus/kader PDIP 'sepi' dari pembelaan terhadal Ahok. Bahkan Saudara Djarot pada satu kesempatan, justru menegur Ahok. Padahal Nusron tidak dalam posisi Timses sama sekali saat ini," imbuhnya. Situasi seperti itu, kata dia, membuat posisi Golkar semakin tidak positif di mata publik. Menurutnya, antipati terhadap Ahok yang sudah meluas secara nasional, saat ini diiringi pula dengan antipati terhadap Nusron. "Nusron dan Golkar sekarang diposisikan sebagai kelompok yang berusaha 'membenarkan' kesalahan yang telah dilakukan Ahok. Ahoknya saja sudah mengakui kesalahan dan meminta maaf tapi Nusron dan Golkar tetap 'ngotot' dan memaksakan seolah tidak ada yang salah," paparnya. "Bila hal ini terus berlangsung, saya sangat khawatir akan berkembang pula menjadi antipati terhadap Golkar," sambung dia. Bagi dia, sudah tidak ada alasan lain Partai Golkar untuk tetap mendukung Ahok-Djarot. Mendukung Ahok berarti sudah mencederai tagline Golkar yakni Suara Golkar Suara Rakyat. "Apalagi tagline Golkar selama inikan 'Suara Rakyat, Suara Golkar'. Kalau mayoritas masyarakat sudah menolak Ahok, lantas untuk apalagi dasar Golkar tetap mempertahankan Ahok. Kalau bukan atas dan untuk kepentingan/suara rakyat, jadi keputusan dukung Ahok itu atas dan untuk kepentingan siapa sebenarnya, sehingga harus dipertahankan terus," bebernya. (Sumber: detik.com).
$type=grid$meta=0$readmore=0$snippet=0$count=3$show=home
IndonesiaHerald.com, Jakarta - Kader muda Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia merasa heran dengan keputusan partainya tetap mendukung pasangan Ahok-Djarot di Pilgub DKI 2017. Padahal, penolakan terhadap Ahok dari internal partai makin deras.
"Setelah Ahok diusung oleh PDIP, Golkar sangat terlihat 'dikecilkan' makna dan posisinya secara politik. Namun ketika gelombang reaksi penolakan Ahok muncul begitu deras, akibat penistaan agama Islam yang dilakukan Ahok," kata Doli dalam keterangan tertulisnya yang diterima detikcom, Selasa (18/10/2016).
Ia merasa aneh dengan sikap dengan para petinggi Golkar yang begitu ngotot membela Ahok meski salah, salah satunya Nusron Wahid. Sementara PDIP yang disebut sebagai partai utama pengusung Ahok-Djarot terlihat lebih "santai".
"Justru yang 'mati-matian' dan 'membabi buta' membela Ahok adalah Nusron. Yang menegaskan posisinya sebagai Ketua Pemenangan Pemilu DPP Golkar, hingga sudah sampai pula menyinggung ulama dan umat Islam juga," ungkapnya.
"Sementara pengurus/kader PDIP 'sepi' dari pembelaan terhadal Ahok. Bahkan Saudara Djarot pada satu kesempatan, justru menegur Ahok. Padahal Nusron tidak dalam posisi Timses sama sekali saat ini," imbuhnya.
Situasi seperti itu, kata dia, membuat posisi Golkar semakin tidak positif di mata publik. Menurutnya, antipati terhadap Ahok yang sudah meluas secara nasional, saat ini diiringi pula dengan antipati terhadap Nusron.
"Nusron dan Golkar sekarang diposisikan sebagai kelompok yang berusaha 'membenarkan' kesalahan yang telah dilakukan Ahok. Ahoknya saja sudah mengakui kesalahan dan meminta maaf tapi Nusron dan Golkar tetap 'ngotot' dan memaksakan seolah tidak ada yang salah," paparnya.
"Bila hal ini terus berlangsung, saya sangat khawatir akan berkembang pula menjadi antipati terhadap Golkar," sambung dia.
Bagi dia, sudah tidak ada alasan lain Partai Golkar untuk tetap mendukung Ahok-Djarot. Mendukung Ahok berarti sudah mencederai tagline Golkar yakni Suara Golkar Suara Rakyat.
"Apalagi tagline Golkar selama inikan 'Suara Rakyat, Suara Golkar'. Kalau mayoritas masyarakat sudah menolak Ahok, lantas untuk apalagi dasar Golkar tetap mempertahankan Ahok. Kalau bukan atas dan untuk kepentingan/suara rakyat, jadi keputusan dukung Ahok itu atas dan untuk kepentingan siapa sebenarnya, sehingga harus dipertahankan terus," bebernya. (Sumber: detik.com).
Category 6
/fa-signal/ TOP 7 In The WEEK$type=one$snipped=hide$show=home$readmore=0$snippet=0$author=0$comment
-
Soetantyo Moechlas. Photo Tribun IndonesiaHerald.com - Mukidi. Nama ini di mana-mana disebut. Cerita-cerita Humor segar mengisi group-gr...
-
Potret Sultan Syarif Kasim II di Istana Siak Sri Indrapura IndonesiaHerald.com, Riau - Liburan ke Siak akhir pekan ini, traveler bisa ...
-
IndonesiaHerald.com, Health - Kalau ditanya apa golongan darahnya orang-orang mungkin akan menjawab A, B, O, atau AB. Namun untuk Sara...
-
IndonesiaHerald.com, Kendari - Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam sebagai tersangka dalam kasus ...
-
Indonesiaherald.com, Bogor - Intoleransi dan radikalisme di Indonesia dinilai kian masif kemunculannya. Menurut salah satu peserta dis...
-
Indonesiaherald.com, Jakarta - Pesan percakapan dalam aplikasi WhatsApp di platform iOS ternyata tak sepenuhnya bisa dihapus. Bahkan se...
-
IndonesiaHerald.com, Jakarta - Pendekatan kekerasan dianggap tidak efektif dalam menangani aksi terorisme. Hal ini disampaikan oleh K...
-
IndonesiaHerald.com, Jakarta - Komnas Perempuan menemukan ratusan peraturan daerah yang diskriminatif terhadap perempuan. Keberadaan perda-...
-
IndonesiaHerald.com, Jakarta - Sekelompok akademisi mengajukan uji materi untuk mengubah pasal dalam KUHP agar mempidanakan homoseksual...
-
Mantan Ketua KPK Antasari Azhar. IndonesiaHerald.com, Jakarta - Presiden Jokowi telah mengabulkan permohonan grasi yang diajukan Antas...
KOMENTAR