IndonesiaHerald.com, Nasional - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan pengarahan kepada 2.617 personel petugas Bintara Pembina Desa (Babinsa) dan Bintara Pembinaan dan Keamanan Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas) di Alila Hotel, Solo, Senin (30/1) sore. Selain Presiden, pengarahan juga diberikan oleh Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo dan Kapolri Jendral Pol Tito Karnavian.
IndonesiaHerald.com,
Nasional - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan pengarahan kepada 2.617
personel petugas Bintara Pembina Desa (Babinsa) dan Bintara Pembinaan dan Keamanan
Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas) di Alila Hotel, Solo, Senin (30/1) sore.
Selain Presiden, pengarahan juga diberikan oleh Panglima TNI Jendral Gatot
Nurmantyo dan Kapolri Jendral Pol Tito Karnavian.
Kegiatan bertema 'Silaturahmi Presiden Republik Indonesia
dengan Jajaran TNI dan Polri se-Solo Raya' ini bertujuan untuk meningkatkan
soliditas di kalangan TNI- Polri di tingkat bawah. Dengan soliditas yang
dicapai diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam sambutannya, Presiden Jokowi mengemukakan, Babinsa
dan Babinkamtibmas yang berasal dari unsur TNI dan Polri merupakan garda utama
dalam menghimpun informasi akurat. Sehingga keputusan dalam menangani masalah
di tingkat masyarakat dapat diambil secara tepat.
"Mereka ini ujung tombak kita untuk menentukan
langkah yang akan diambil. Kalau informasinya akurat, keputusan yang akan
diambil tentunya sangat tepat. Diperlukan sinergitas antara TNI dan Polri, agar
informasi yang akurat dapat terjaring, sehingga mampu memperkuat sendi Negara
Kesatuan Republik Indonesia," ujarnya.
Mantan Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta tersebut
juga meminta Babinsa dan Babinkamtibmas berada di barisan terdepan dalam
menangkal paham radikalisme, gerakan intoleransi serta upaya mengikis ideologi,
kebudayaan maupun ekonomi. Di zaman modern saat ini, kata Presiden, perang
antarnegara tidak lagi menerapkan perseteruan fisik, namun lebih cenderung
dengan cara yang tak kasat mata.
"Sekarang ini, hampir tidak ada perang fisik,
perangnya tidak kasat mata. Yang lebih berbahaya dengan mengikis ideologi,
kebudayaan hingga ekonomi," terangnya.
Tak hanya menjadi tugas Babinsa dan Babinkamtibmas,
Presiden juga mengimbau kepada seluruh elemen masyarakat untuk merapatkan
barisan. Yakni dengan menjunjung tinggi ideologi Pancasila serta tidak mudah
untuk dipecah-belah oleh bangsa lain. Ekonomi masyarakat harus kuat, agar tidak
mudah terpengaruh oleh paham yang menyimpang.
"Ancaman seperti itu harus secepatnya dideteksi agar
dapat diambil langkah dalam mengantisipasinya," katanya.
Sementara itu Kapolri Tito Karnavian memberikan gambaran
terkait keamanan yang ada di Solo Raya. Tito mengakui jika di Kota Solo dan
sekitarnya, terdapat ancaman intoleransi dan radikalisme.
Hal tersebut dibuktikan, dari sejumlah kasus terorisme
yang terjadi, pelakunya tak sedikit yang berasal dari Karisidenan Surakarta. Ia
mengajak masyarakat, Babinsa dan Babinkamtibmas untuk terus meningkatkan
kerjasama agar peristiwa tersebut bisa ditangkal.
"Kasus bom di Polresta Solo, kasus bom Thamrin, bom
Tangerang dan tindak intoleransi di Sosial Kitchen, pelakunya banyak yang dari
Surakarta. Tapi semuanya bisa kami selesaikan dengan baik," tandas
Kapolri.
Kapolri mengaku telah menyebar intelijen di sejumlah
wilayah yang dinilai rawan aksi radikalisme, terorisme serta intoleran antar
umat beragama. Polri, imbuh dia, juga menyiapkan unsur dari intelijen, BIN
(Badan Intelijen Negara) hingga seluruh anggota baik tingkat Polres maupun
Polsek di wilayah masing-masing.
Sedangkan Panglima TNI, Jendral TNI Gatot Nurmantyo lebih
menekankan pada sinergitas antara TNI - Polri. Hal tersebut dinilai penting
untuk menciptakan suasana kondusif.
"Sinergitas antara TNI - Polri sangat diperlukan.
Mari terus kita pupuk untuk menciptakan suasana yang kondusif," pungkas
Panglima. (merdeka/surya)
KOMENTAR